Pengumuman Juara Lomba Menulis Kisah Pribadi
PENGUMUMAN JUARA LOMBA MENULIS KISAH PRIBADI
Setiap insan memiliki riwayat batin yang unik, seperti lembar demi lembar manuskrip yang tak ternilai. Dalam setiap goresan kata yang dikirimkan pada Lomba Menulis Kisah Pribadi ini, kami membaca bukan sekadar cerita, melainkan gema pengalaman yang lahir dari keberanian, kejujuran, dan keluhuran rasa.
Kami menghaturkan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh peserta. Setiap naskah yang hadir adalah buah pemikiran dan penghayatan yang tulus, menjadikan kegiatan ini bukan sekadar ajang perlombaan, melainkan ruang silaturahmi gagasan dan nurani.
Melalui setiap halaman yang kami baca, terselip berbagai wajah kehidupan—ada yang tergores oleh duka, ada yang berpendar oleh harapan, ada pula yang mengalun tenang dalam kebijaksanaan. Keberagaman ini menegaskan bahwa setiap cerita memiliki nilai yang khas dan tidak terbandingkan, sekaligus memperkaya khazanah literasi yang kita miliki bersama.
Melalui penapisan yang saksama, dengan menimbang keautentikan narasi, ketajaman pesan, kemapanan alur, keelokan diksi, serta kedalaman rasa, tersaringlah tiga karya yang menorehkan kesan mendalam dalam edisi ini:



PERINGKAT PERTAMA
Dr. O. M. L. Pangemanan M.K.M (Peluru & Stetoskop)
Karya Peluru & Stetoskop menampilkan perpaduan yang kuat antara keaslian pengalaman, kedalaman pesan, dan keterampilan bercerita. Narasi yang diangkat berasal dari pengalaman nyata penulis sebagai tenaga medis di pedalaman Papua, dengan detail situasi lapangan yang otentik serta menghidupkan latar. Pesan kemanusiaan yang disampaikan—bahwa pertolongan harus melampaui batas politik dan prasangka—terasa murni, mengalir dari peristiwa yang diceritakan tanpa kesan menggurui. Alur cerita runtut, berpindah dari pengenalan latar, menuju konflik penuh ketegangan, hingga penutup yang reflektif.
Gaya bahasa yang digunakan efektif dan tajam, dengan diksi tepat serta deskripsi yang membawa pembaca seolah berada di tengah peristiwa. Emosi yang terselip—rasa takut, dilema moral, dan kepuasan setelah berhasil menolong pasien—tersaji secara natural dan proporsional. Kerapian penulisan, kepatuhan terhadap ketentuan lomba, serta kekuatan pesan menjadikan karya ini pantas menempati peringkat tertinggi.
PERINGKAT KEDUA
Sanwa Mujahidah (Dipeluk Takdir, Dipandu Cahaya)
Karya Dipeluk Takdir, Dipandu Cahaya memikat melalui kedalaman emosi dan pesan moral yang kuat. Penulis mengisahkan perjalanan hidup yang sarat ujian, termasuk pengalaman traumatis yang diolah menjadi kekuatan untuk memberi kembali kepada sesama. Alur cerita terstruktur, dimulai dari pengenalan masa lalu, proses penerimaan diri, hingga keputusan untuk mengabdi di lingkungan yang pernah menjadi saksi luka. Pesan yang disampaikan—tentang penerimaan takdir, cinta pada diri sendiri, dan kepedulian kepada orang lain—terasa jujur serta menyentuh tanpa nada menggurui.
Gaya bahasa puitis dengan penggunaan metafora yang tepat memperkaya narasi, menciptakan pengalaman membaca yang mendalam. Emosi yang dihadirkan—mulai dari kesedihan, ketabahan, hingga rasa syukur—tersampaikan secara natural dan mengalir. Kerapian penulisan, kepatuhan pada ketentuan lomba, dan kekuatan pesan menjadikan karya ini layak menempati posisi kedua dengan nilai yang sangat kompetitif.
PERINGKAT KETIGA
Merry Dahlia (Saat Sayang Harus Lewat Layar)
Karya Saat Sayang Harus Lewat Layar menghadirkan potret keteguhan hati seorang istri dan ibu yang menghadapi ujian berat ketika suami menderita penyakit serius. Penulis berhasil membangun alur yang runtut, dari situasi awal yang normal, munculnya gejala, proses perawatan yang penuh tantangan, hingga kabar kesembuhan yang melegakan. Pesan utama—bahwa cinta dan kehadiran dapat tetap terjalin meski terpisah jarak—disampaikan secara tulus dan menyentuh.
Bahasa yang digunakan lugas dan efektif, dengan deskripsi yang membangkitkan empati pembaca. Penggambaran interaksi dengan anak-anak memberi dimensi emosional yang kuat tanpa berlebihan. Kerapian penulisan, kesesuaian dengan ketentuan lomba, dan penyampaian pesan yang hangat menjadikan karya ini pantas menempati posisi ketiga, sekaligus meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca.
PERINGKAT 100 BESAR
Nama dan Judul | Peringkat | Nilai |
---|---|---|
Dr. O. M. L. Pangemanan M.K.M (Peluru & Stetoskop) | 1 | 96.1 |
Sanwa Mujahidah (Dipeluk Takdir, Dipandu Cahaya) | 2 | 96.09 |
Merry Dahlia (Saat Sayang Harus Lewat Layar) | 3 | 95.9 |
Rasya Firdi Rachmadi (Pacaran Produktif, Bikin Komunitas Edukatif) | 4 | 95.6 |
Ayu Anisa Amelia (Langkah Sunyi Seorang Anak Kuli) | 5 | 95.25 |
Lailul Masfiyah (Saat Dua Doa Menyatukan Langkah) | 6 | 95.24 |
Kuntum Merbawuni (Aku adalah Rumah untuk Diriku Sendiri) | 7 | 94.85 |
Syifa' Ainul Magfiroh (Impian Gadis Kecil dan Skenario Tuhan) | 8 | 94.7 |
Tri Putri Hutami Sugiharti (Langit yang Tak Lagi Sama) | 9 | 94.6 |
Surti Afriyani (Dari Luka Diam-diam, Aku Belajar Bangkit Pelan-pelan) | 10 | 94.4 |
Liqoah Saili Maghfiroh (Rumahku yang Tidak Utuh) | 11 | 94.3 |
Sintia Nur Khasanah (Langit Tak Selalu Cerah, Tapi Badai Tak Membuatku Menyerah) | 12 | 94.2 |
Paulina Lokon (Langkah Kecil Menuju Terang) | 13 | 94.0 |
Defi Preditama Ardhya Garini (Peran yang Tak Pernah Selesai Ditulis) | 14 | 93.95 |
Coansheline Amathya Mansula Kweniati (Membaca Jejak di Pasir Waktu) | 15 | 93.9 |
Dela Malik Nasution (Salahku Karena Mirip Ayah?) | 16 | 93.8 |
Wahyu Fitria S.I.Kom (Secangkir Teh dan Sepotong Roti) | 17 | 93.79 |
Aruna Senja (Pada Lelah yang Tak Pernah Aku Tunjukkan) | 18 | 93.75 |
Auliya Sakinah (Berteduh dalam Dekapan Senja) | 19 | 93.7 |
Taslina Syifa Ayu Laksana Putri (Kala sang Senja Mengintip di Gerbang Kedewasaan) | 20 | 93.65 |
Ipah Rindiani (Satu Kunci dari Masa Lalu) | 21 | 93.6 |
Dwi Febriyani (Cinta yang Harus Disudahi, Meski Masih Penuh Arti) | 22 | 93.5 |
Rizka Amalia Putri (Dua Jalan, Satu Perasaan) | 23 | 93.49 |
Kezia Sadtiyas Maharany (Tumbuh dari Retakan, Menjadi Cahaya) | 24 | 93.45 |
Hasanah Nur Aulia (Aku Sesuai Prasangka Hambaku: Sudah Sejauh Mana Aku Berprasangka Pada-Nya?) | 25 | 93.4 |
Kathleen Abby Limantoro (Glory, Anak yang Tidak Biasa) | 26 | 93.35 |
Ratoe Aisyah Jasmine (Setelah Hancur, Aku Bertumbuh) | 27 | 93.34 |
Eva Marlina Jamal (Meniti Asa di Jalan Terjal) | 28 | 93.1 |
Fristyana (Melangkah di Jalan Terjal) | 29 | 93.09 |
Rahmaniari Pulungan (Juni, Aku Harap Aku Kuat) | 30 | 93.05 |
Apri Kuncoro C.Psa,C.Sdm (Menggapai Mimpi di Tengah Terpaan Ombak) | 31 | 93.0 |
Farid Albar (Satu Pagi, Seribu Penyesalan) | 32 | 92.99 |
Merry Lestari (Jalan Pulang yang Tak Pernah Sama) | 33 | 92.98 |
Khaira Nova Angelina Sisilya Irawan (Ruang Kelas, Rasa, dan Rindu) | 34 | 92.65 |
Nia Alamanda (Ketika Ibu Berpamitan) | 35 | 92.64 |
Puja Junifia (Luka yang Menjadi Cahaya) | 36 | 92.63 |
Istighfarina Aidi (Aku, Luka, dan Langit yang Sabar) | 37 | 92.6 |
Anisa Gusti Ardiani (Mencari Cahaya di Balik Gelap) | 38 | 92.5 |
Siti Hafidzah (Aku Ingin Dirindukan Kembali) | 39 | 92.49 |
Athiyah Diniah Nuclea (Pelarian Terindah) | 40 | 92.45 |
Siti Sarah Aaliya Markum (Benang Merah) | 41 | 92.4 |
Theresia Novi Abadi (Rumah yang Tak Berani Dihuni) | 42 | 92.39 |
Ahmad Zaelani (Langkah Kecil, Rezeki Besar: Kisah dari Keterbatasan Menuju Harapan) | 43 | 92.2 |
Carissa Tabina Gustianta (Kisah untuk Memulai Tahun Yang Baru) | 44 | 92.19 |
Dini Anindya Fatimah Azzahra (Rona di Balik Duka) | 45 | 92.18 |
Gheby Frizella Pasaribu (Di Antara Dua Dunia) | 46 | 92.17 |
Husnulia Amila Thonah (Pondasi yang Takkan Pernah Runtuh) | 47 | 92.16 |
Ema Rohimah (Jejak Langkah yang Tak Terhapus) | 48 | 92.1 |
Intan Nur Arifah (Bertumbuh dalam Diam) | 49 | 92.05 |
Denis Alifia Azzahro (Dua Pahlawan Hidupku yang Mengantarkan Langkahku) | 50 | 92.0 |
Rana Fitriani (Si Bungsu dan Dunianya) | 51 | 91.99 |
Siti Robiyah Adawiyah (Akhirnya Aku Paham Maksud-Mu) | 52 | 91.98 |
Amalia Rizki Nur Amarta (Antaraloka: Di Antara yang Pergi dan Tak Pernah Pulang) | 53 | 91.97 |
Dewi Ayu Kusumaningrum (Semata Wayangnya Ayah) | 54 | 91.9 |
Meta Ananda (Merajut Mimpi di Balik "Tidak" Restu yang Terukir) | 55 | 91.89 |
Ika Puji Lestari Armyono (Bertahan Tanpa Pelukan) | 56 | 91.7 |
Rabbani Yuki Arfiansyach (Aku dan Nama) | 57 | 91.69 |
Elida Olivianty (Karena Kita Tak Menyerah) | 58 | 91.6 |
Elok Harisma Kartikasari (Merangkai Harapan di Tengah Badai) | 59 | 91.59 |
Hani Suwantin (Meniti Harapan di Tanah Rantau) | 60 | 91.58 |
Naila Septia Hawa Lani (Pelangi Setelah Hujan) | 61 | 91.57 |
Ana restuningtyas (Melawan Batas) | 62 | 91.5 |
Bryan Repha Kusuma (Melawan Gelombang, Menggapai Pelabuhan) | 63 | 91.49 |
Habibah Ramadhani / Dayani Puspita Sari (Menjaring Asa di Tengah Ombak) | 64 | 91.48 |
Ryan Tan Suswanto (Kirmizi) | 65 | 91.47 |
Yogi Yogaswara (Meniti Asa di Jalan Sunyi) | 66 | 91.46 |
Salsabila Nurul Fadhilah (Kakak, dari Doa yang Tak Pernah Padam) | 67 | 91.4 |
Wan Falih Malikul Mulki (Sebuah Realita) | 68 | 91.39 |
Ika Kartika Rini (Cerita Lucu dari Luka) | 69 | 91.15 |
Kuswarti Ningsih (Bio 90: Tertawa Sebelum Lupa) | 70 | 91.1 |
Nayla Qonita (Pilihan Hidup) | 71 | 91.05 |
Fhinelia Latusia (Hidupku Bagaikan Kertas Putih) | 72 | 91.0 |
Mira Nupila Rahma (Secercah Harapan Menuju Puncak) | 73 | 90.99 |
Nada Salsabila (Flower of Life) | 74 | 90.98 |
Nafeisha Epsten Putri (Trans Kota) | 75 | 90.97 |
Puji Lestari (Semesta, Beri Kami Pelukan) | 76 | 90.9 |
Siti Zumrotul Maulida (Pelarianku) | 77 | 90.89 |
Aliya Maharani (Di Meja Panjang Itu) | 78 | 90.75 |
Abdurrahman Matahari Pandega (Eksposisi Sebuah Mendung di Tengah Hari) | 79 | 90.7 |
Putrou 'Aliya Dez (Dari Gelap, Menuju Langit yang Kupahat) | 80 | 90.6 |
Raissa Ardelia Putri (Orang yang Tepat) | 81 | 90.59 |
Siti Roihani (Bukan Takdirku) | 82 | 90.3 |
Faisal Arya Saputra (Lilin Kecil dan Ruang Sunyi) | 83 | 90.25 |
Rasya Novita Andini (Untuk Sementara yang Belum Tentu Sebentar) | 84 | 90.1 |
Hilda Amanah Rosida (Hitam Bertabur Cahaya) | 85 | 89.95 |
Novita Anggi (Terlambat Memulai, Tidak Terlambat Percaya) | 86 | 89.9 |
Gioliza Andini (Mimpi yang Tak Pernah Padam) | 87 | 89.8 |
Harsya Firmansyah (Langkah yang Tak Sia-sia) | 88 | 89.79 |
Anita Retno Winarsih (Langkah Kecil yang Bermakna) | 89 | 89.7 |
Roseline Alim Santoso (Lagu, Kopi, dan Kenangan) | 90 | 89.69 |
Widya Sylvana Putri (Matahari Pagi di Tengah Hujan) | 91 | 89.68 |
Yunia Maudina (Jejak Rindu di Tanah Perantauan) | 92 | 89.67 |
Amsal Maharaja Panjaitan (Kisah Seorang Pemuda yang Pernah Terjatuh) | 93 | 89.6 |
Anggi Rustandi (Lari dari Bayangan) | 94 | 89.59 |
Budianto Sutrisno (Menyulam Harapan di Tanah Perantauan) | 95 | 89.58 |
Dewi (Pelita di Tengah Gelap) | 96 | 89.57 |
Arif Soaloon Simanjuntak (Tekadku Tak Patah di Tengah Jalan) | 97 | 89.55 |
Katrin (Bahagia Menghadapi Hidup) | 98 | 89.5 |
Karunia Eka Saputri (Lintasan yang Sama) | 99 | 89.35 |
Nurcholisotin Nafsiyah (Everything Will Be Ok) | 100 | 89.25 |
Kepada rekan-rekan penulis yang karyanya tersebut kami sebut, terimalah salam takzim atas dedikasi dan pengabdian dalam mengolah kata. Kepada seluruh partisipan, ketahuilah bahwa setiap kisah yang hadir di meja penjurian telah memberikan warna, memperkaya perspektif, dan meninggalkan jejak yang tak lekang di ingatan.
Semoga perjumpaan melalui kata ini menjadi penanda bahwa menulis adalah kerja kebudayaan yang mengikat kita dalam satu persekutuan rasa. Mari terus menuturkan kisah, sebab setiap narasi memiliki daya untuk merawat harapan dan menguatkan sesama.